UNS – Sebuah lakon “Wahyu Angedhaton” digelar oleh Ketoprak Ismaya Suddha Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam rangka memperingati Dies Natalis UNS ke-42 di gedung Auditorium UNS pada Rabu (21/3/2018). Sebanyak 34 Guru Besar termasuk Rektor UNS, Ravik Karsidi, diuji kepiawaian dan keahliannya dalam melakonkan kisah perpindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta.

Lakon Wahyu Angedhaton yang dimainkan oleh 34 guru besar UNS di gedung Auditorium UNS pada Rabu (21/3/2018)
Sekitar 2500 penonton hadir untuk menyaksikan lakon “Wahyu Angedhaton”. Turut hadir pula Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, Pimpinan-pimpinan universitas se-Jawa Tengah dan sekitarnya, pimpinan Keraton Surakarta dan pimpinan Keraton Mangkunegaran.
Ketua Dies Natalis UNS ke-42, Solihin As’ad, dalam sambutannya menjelaskan fungsi Ketoprak sebagai media komunikasi yang dapat membantu pembangunan kebudayaan
“Kita mengenal Ketoprak bukan saja sebagai bentuk hiburan, namun juga sebagai media komunikasi yang memiliki konten self-power diplomacy untuk bidang pembangunan kebudayaan secara kompleks,” Jelas Solihin.
“Ketoprak dengan pemain para pimpinan dari berbagai instansi dan juga berbagai daerah ini merupakan trend baru yang dipandang potensial untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat secara luas ,” tambah Solihin.

Suasana para penonton yang menyaksikan lakon Wahyu Angedhaton. Hadir juga Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, (ketiga dari kanan)
Sebagai Walikota Solo, Hadi sangat mengapresiasi adanya pagelaran ketoprak ini. Hadi merasa bahwa ketoprak sangat cocok ditampilkan mengingat Solo adalah kota budaya.
“Ini merupakan salah satu kejutan dan pertama kali selama 42 tahun ada Ketoprak di sini (UNS), ini nampaknya juga tidak salah karna Solo kota budaya yang tentunya ini bagian dari melestarikan kebudayaan,” kata Hadi.
Lakon Wahyu Angedaton ini dimainkan oleh 34 guru besar dan mahasiswa yang disutradarai oleh Bambang Sugiarto dan dikoordinatori oleh Sahid Teguh Widodo. Lakon ini bercerita tentang perpindahan kerajaan dari Kartasura ke Surakarta dikarenakan Keraton Kartasura yang rusak terbakar akibat peristiwa “Geger Pacina”.
Dalam lakon ini, Ketoprak Ismaya Suddha ingin memberikan pandangan tentang adanya migrasi dan transformasi paradigma perpindahan pola pikir dari tradisional ke modern, yaitu menuju pola pikir masyarakat yang lebih maju
“Ketoprak ini mengambil cerita Wahyu Angedhaton yang berkisah tentang perpindahan kerajaan dari Kartasura ke Surakarta. Kami berpikir perpindahan mindset dari tradisional ke modern. UNS sebagai perguruan tinggi siap untuk menyertai masyarakat untuk menjadi ujung tombak perubahan menuju ke Indonesia yang lebih baik,” jelas Sahid Teguh Widodo.
Adanya perpindahan pola pikir untuk ini juga disampaikan oleh Rektor UNS, Ravik Karsidi, yang berperan sebagai Pakubuwono II dalam lakon Wahyu Angedhaton. Ravik menyampaikan harapan kepada mahasiswa agar mencintai budaya dan menjadi lebih baik.
“Mahasiswa UNS mencintai budaya, silahkan begitu, tapi juga untuk ke depan yang lebih baik belajarlah kepada masa-masa lalu, baik itu kegagalan atau keberhasilan,” kata Ravik. Humas.red-uns.Imr/Isn
The post 34 Guru Besar UNS Mainkan Lakon “Wahyu Angedhaton” appeared first on Universitas Sebelas Maret.