UNS – Seminar Nasional bertajuk The NewYin Yang of Business: Strategi Menangkap Peluang di Era Pasca Revolusi Industri 4.0 diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, di Auditorium UNS, Selasa (23/4/2019) bekerjasama dengan MarkPlus Inc. Agenda ini merupakan salah satu upaya pengenalan Sekolah Vokasi UNS dan pembekalan mahasiswa vokasi untuk menghadapi era pasca revolusi industri 4.0. Santoso Tri Hartanto, Direktur Sekolah Vokasi UNS, mengatakan bahwa dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) maka kompetisi di dunia kerja pun semakin global dan ketat. Untuk itu, lulusan Perguruan Tinggi (PT), khususnya jalur vokasi, harus menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan keahlian dan keterampilan terapan yang mumpuni.
“Revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan yang radikal terhadap proses bisnis pada semua aspek kehidupan dan semua bidang pekerjaan. Internet tidak bisa dilepaskan dari dunia bisnis sehingga muncul istilah Internet of Things (IoT). Isu revolusi industri 4.0 ini perlu mendapatkan perhatian serius sehingga kita dapat mempersiapkan diri untuk menangkap peluang pada era tersebut,” ujar Santoso.
Selama ini, program diploma seringkali menjadi pilihan kedua bagi mahasiswa yang tidak lolos ke jenjang sarjana. Oleh karena itu, adanya Sekolah Vokasi ini diadakan untuk mengembalikan ruh dan tujuan awal adanya program vokasi yakni adanya lulusan yang memiliki keahlian terapan mumpuni.
“Kita menjadikan mahasiswa untuk adaptif dengan perkembangan (industri dan teknologi). Dan vokasi ini ada agar perkembangan mahasiswa lebih baik lagi. Kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia kerja juga semakin dipererat,” Jelas Agus D Priyanto, Wakil Direktur I Sekolah Vokasi UNS dalam sambutannya.
Kepala Direktur MarkPlus.Inc, Jacky Mussry, sebagai pembicara seminar menjelaskan bahwa seorang mahasiswa harus mempunyai calling atau panggilan hati akan apa yang menjadi tujuannya setelah lulus nanti, apakah menjadi seorang akademisi, profesional, atau pengusaha. Adanya panggilan tersebut akan mempermudah seseorang mempersiapkan diri dan mengontrol tujuan tersebut.
“Kita harus berpikir, kita punya calling tidak. Punya panggilan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, berkompetisi dan meningkatkan kemampuan diri juga bisnis kita. Banyak pengusaha atau UKM yang selama ini tidak bisa speak up. Mereka sudah merasa cukup dengan apa yang dicapai saat itu tanpa memiliki panggilan untuk melakukan lebih dan go public. Banyak peluang yang diambil atau diciptakan, terlebih di era teknologi informasi saat ini. Semua orang terhubung dengan internet dan satu sama lainnya juga terhubung. Tersedia big data yang dapat menjadi potensi bisnis digital yang luar biasa. Sudah bukan lagi saatnya kita melayani pelanggan saja, tetapi bagaimana kita berkolaborasi dengan mereka, salah satunya dengan reseller,” jelas Jacky.
Jacky juga menambahkan bahwa untuk berkompetisi seseorang membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan etika. Etika dan karakter ini lah yang sulit untuk dibentuk karena yang dapat mengontrol dan membentuknya adalah masing-masing individu, bukan lembaga seperti perguruan tinggi.
“Saat ini sebenarnya kita sangat dimudahkan. Fasilitas ada, informasi tersedia dengan berlimpah dan mudah didapatkan, satu sama lain saling terhubung dengan internet. Yang menjadi PR besar kita saat ini adalah bagaimana mental dan karakter masing-masing mahasiswa. Kembali lagi ini soal panggilan dan kemauan. Mental untuk menantang setiap permasalahan yang ada dan berani untuk mengambil maupun menciptakan peluang, karena dunia industri saat ini sangat dinamis dan berubah cepat. Maka kompetensi kita harus terus menerus diperbaharui. Termasuk para pendidik, yakni dosen. We cannot teach today’s students with yesterday’s approach,” tutur Jacky. Humas UNS/ Kaffa
The post Jiwa Kompetitif dan Visioner, Strategi Pasca Era Revolusi Industri 4.0 appeared first on Universitas Sebelas Maret.