Quantcast
Channel: Universitas Sebelas Maret
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6189

PSJ LPPM UNS Ulas Urban Tokyo

$
0
0

UNS — Pusat Studi Jepang (PSJ) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Urban Rural Design and Conversation Laboratory (URDC LABO) dan Persatuan Alumni dari Jepang (Persada) Cabang Solo menggelar diskusi daring yang mengangkat tema Faces of Urban Tokyo pada Rabu (16/12/2020). Pada diskusi kali ini, hadir Naya Marsatyasti sebagai narasumber utama.

Dimoderatori oleh Dr. Eng. Kusumaningdyah N.H., S.T., M.T., acara ini dihadiri lebih dari 70 peserta. Pada kesempatan ini, Naya yang merupakan alumnus Program Studi (Prodi) Arsitektur UNS yang sekarang juga menempuh pendidikan di Tokyo Institute of Technology Japan bidang Arsitektur mengulik observasinya selama berada di Tokyo. Pada awal materi, ia membahas mengenai kereta yang merupakan transportasi utama di Tokyo.
“Di Jepang, ke mana-mana pakai kereta,” jelas Naya.

Naya menerangkan bahwa kereta menjadi transportasi utama di Tokyo yang berkembang pesat sejak tahun 1900-1930. Jalur kereta sebagai pemantik urban development di Tokyo, dihubungkan ke daerah-daerah suburban dan dikembangkan oleh railway company, tidak seperti di Jakarta yang dikembangkan oleh private company.

Selanjutnya, Naya membahas mengenai local market street atau sering disebut sebagai shotengai. Shotengai bermanfaat untuk membeli kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat setempat. Selain sebagai tempat perbelanjaan, shotengai juga digunakan untuk menyelenggarakan acara-acara tertentu. Setiap wilayah memiliki shotengai dengan ciri khas masing-masing.

Di Tokyo juga ditemukan banyak tangga. Hal ini disebabkan oleh banyaknya perbedaan kontur permukaan tanah di Jepang, sehingga terdapat banyak tangga, slope, dan daerah highland dan lowland. Area highland biasanya digunakan untuk highrise building dan bangunan-bangunan penting seperti universitas, rumah sakit, dan kantor. Area lowland digunakan untuk bangunan-bangunan pemukiman dan ruko.

Selain itu, di Tokyo juga terdapat cutted building yang merupakan solusi dari building height restriction, yaitu dengan memaksimalkan penggunaan lahan di bawah, sehingga bagian atas mengalami pemotongan. Karena pemaksimalan penggunaan lahan, maka jarak antar bangunan di Tokyo relatif sempit.

Naya juga membahas beberapa isu di Jepang seperti penurunan populasi di Jepang. Dalam mengatasi penurunan populasi, Tokyo membuat konsep compact city. Compact city menyediakan ruang yang cukup untuk bisa bersosialisasi, bermain, dan menuju ke tempat kerja dengan jarak tempuh singkat. Isu selanjutnya adalah mengenai penanganan bencana yang menggunakan earthquake early warning system yang tersambung ke ponsel tiap warga kota. Selain itu, juga terdapat disaster planning policy dengan ruang terbuka yang luas digunakan untuk evakuasi seperti di lapangan sekolah.

Terakhir, Naya mengulas machizukuri. Di sini, masyarakat berpartisipasi dalam memberdayakan lingkungan. Proses untuk membangun, merubah, dan meningkatkan kualitas lingkungan tinggal tanpa meninggalkan nilai khas lingkungan mereka.
Acara berlangsung dengan lancar. Antusiasme peserta cukup baik dibuktikan dengan hadirnya lebih dari 70 peserta. Humas UNS

Reporter: Zalfaa Azalia Pursita
Editor: Dwi Hastuti

The post PSJ LPPM UNS Ulas Urban Tokyo appeared first on Universitas Sebelas Maret.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6189

Trending Articles