
Pertunjukan Wayang Edutainment oleh Ki Andrik Purwasito sebagai bagian dari metode pengajaran di Prodi HI UNS.
Para warangga, pemain alat musik gamelan, mulai membunyikan alat masing-masing. Gamelan ditabuh,suaranya menggelegar , memenuhi Pendapa Ageng Taman Budaya Jawa Tengah, Jumat malam (14/10/2016). Ki Andrik Purwasito, sang dalang, mulai memainkan lakon Bale Sigala-gala. Cerita tentang usaha Kurawa memperdaya Pandawa dengan tipu muslihat Istana Kayu.
Sementara, penonton yang sebagian besar adalah mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS, khusyuk mengikuti jalan cerita ambisi Duryudana yang ingin menduduki tahta Kerajaan Hastinapura. Sementara Duryudana menyadari, rakyat sangat mengelu-elukan Yudhistira sang pewaris tahta Hastinapura.
Berkat ide picik Mahapatih Sengkuni, Duryudana memohon kepada ayahanda agar memindahkan Pandawa ke hutan Wanamarta serta mendirikan kerajaan dari kayu untuk Pandawa. Tak lain, Kerajaan Kayu hanya lah tipu muslihat Duryudana yang ingin menghabisi Pandawa dengan luapan Api Gung Dahana.
Belajar lewat budaya
Metode pembelajaran melalui wayang yang disebut dengan Wayang Edutainment merupakan hasil penelitian Andrik Purwasito , Guru besar FISIP UNS sejak tahun 2009. Metode pembelajaran melalui wayang, diakui Andrik, terinspirasi oleh metode dakwah Walisongo, khususnya wali, seperti Sunan Kalijaga. Bedanya, pertunjukkan wayang dikemas menjadi pertunjukan interaktif yang memberi kesempatan penonton untuk bertanya di tengah-tengah-tengah pertunjukan.
Tak hanya itu, pertunjukkan juga ditambah dengan ulasan materi dari pakar. Seperti pertunjukkan produksi ke V ini, ki dalang dibantu beberapa guru besar seperti Narsen Avatara – menjelaskan mengapa seni memerintah yang indah justru berisi pembodohan, kekerasan dan kekejian; Hermanu – menjelaskan sejarah dan tradisi politik di Indoensia; dan Pawito – yang menjelaskan tentang pengaruh media terhadap sikap perpolitikan di Indonesia.
Kali pertama Wayang Edutainment digelar pada tahun 2013 di Padepokan Mayangkara dengan utnuk mengajar mata kuliah Geografi Politik. Pertunjukkan kedua diselenggarakan pada saat kuliah perdana mahasiswa baru tahun 2014 di halaman parkir FISIP UNS. Saat itu, Wayang Edutainment disajikan untuk mengajarkan Politik dan Diplomasi yang merupakan materi di beberapa mata kuliah Hubungan Internasional seperti Pengantar Ilmu Politik, Teori Diplomasi, Teknik Negosiasi dan lobi, serta Pratik Diplomasi.
Ki Andrik Purwasito, yang juga Kepala Prodi HI FISIP UNS ini pernah membawakan wayang yang ia sebut sebagai wayang diplomasi di berbagai negara seperti Bulgaria, Moldova, Rusia, Rumania, dan Jepang. Bahkan, di tahun 2017 nanti, Ki Andrik sudah dipesan untuk pentas di India dan Jepang. Bagi Ki Andrik, selain dijadikan sarana belajar-mengajar, wayang juga digunakan sebagai cultural diplomacy.
Pakem dan Pengembangan
Dalam Pertunjukan wayangnya, Andrik menyuguhkan cerita klasik baik Mahabharata maupun Wayang Purwa di Jawa dan menggunakan wayang klasik. Andrik tetap berpedoman dengan pakem wayang seperti pathet, suluk, gendhing, figur dan nama tokoh, hanya saja, isi pembicaraan para tokoh disesuaikan dengan tema yang sedang dibahas. Inovasi wayang tampak pada tampilan wayang yang juga disesuaikan dengan kebutuhan cerita seperti wayang transparan dan wayang yang diwarnai dengan glitter.

Pertunjukkan Wayang Edutainment tetap memegang pakem wayang seperti pathet, suluk, gendhing, figur dan nama tokoh, hanya saja, isi pembicaraan para tokoh disesuaikan dengan tema yang sedang dibahas.
Untuk menyesuaikan dengan tujuan pementasan, materi kuliah serta melihat latar belakang penonton, wayang disuguhkan dengan multi bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahkan Perancis. Andrik menyebut, penggunaan bahasa nasional dan bahasa asing merupakan bagian dari kreativitas edutainment, belajar sambil menghibur.[](nana.red.uns.ac.id)
The post Pergelaran Wayang Edutainment: Cara Baru Belajar Diplomasi dan Politik appeared first on Universitas Sebelas Maret.